dakwatuna.com - “Pencapaian idealitas mahasiswa adalah keniscayaan sebagai hamba yang bersyukur”
Kawan…
hanya kata salam penuh cinta dan perjuangan, yang akan kami lantunkan
untukmu saudara-saudaraku para mahasiswa. Menjadi mahasiswa tentunya
adalah sebuah anugerah yang harus kita syukuri, karena begitu banyak
nikmat yang ada pada diri seorang mahasiswa. Menjadi mahasiswa adalah
sebuah cerminan untuk sebuah amanah besar yang tertumpu di pundak ini,
sebuah amanah yang kita emban sebagai khalifah di muka bumi ini, karena
engkaulah para agent of change yang akan membawa perubahan
menuju negeri Indonesia yang jaya, yang akan membawa negeri ini berlepas
dari keterpurukan. Engkaulah para iron stock yang akan menjadi
sumber berharga generasi pewaris negeri yang indah ini. Mahasiswalah
yang esok akan menggantikan pemimpin-pemimpin negeri ini. Engkaulah para
elit masyarakat, dengan jumlah yang sedikit namun mahasiswalah yang
berada di puncak tertinggi piramida intelektualitas. Maka
bersiapsiagalah untuk memulai merealisasikan mimpi-mimpi itu.
Kawan
. . . mari sejenak kita lihat kondisi negeri kita yang masih dan masih
sangat terpuruk. Negeri yang kaya akan sumber daya alamnya tak ayal jika
kita menutup mata akan kenyataan bahwa negeri ini memang kaya. Memang
tak salah negeri ini disebut negeri yang kaya. Lihat saja negeri kita
ini masih kaya dengan masyarakat miskinnya, masih kaya dengan generasi
mudanya yang berpendidikan rendah, masih kaya dengan pejabat-pejabatnya
yang tiada henti menzhalimi rakyatnya, masih kaya dengan berbagai
kesengsaraan yang dialami bangsa ini, masih kaya dengan masyarakatnya
yang tak bermoral. Dan masih kaya dengan orang-orangnya yang pintar
namun pintar membodohi yang lain.
Untuk itulah mahasiswa harus
berusaha menjadi mahasiswa yang ideal sebagai suatu modal perubahan.
Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri,
begitu pula bangsa kita. Saat ini bangsa kita sedang terpuruk dan
lemah. Namun suatu saat akan datang masanya dimana bangsa ini bangkit
dan memimpin peradaban manusia. Karena kepemimpinan bangsa-bangsa itu
seperti roda, ada gilirannya di atas dan ada saatnya di bawah. Saat itu
pasti akan datang karena selalu ada orang-orang yang bekerja untuk itu,
untuk perubahan. Kalau bukan kita, maka akan ada orang lain.
Sejarah
telah mencatat bahwa perubahan-perubahan besar yang pernah terjadi pada
suatu bangsa pasti didalangi oleh mahasiswa yang menjadi anak
bangsanya. Motornya pasti mahasiswa, walaupun kenyataannya tidak selalu
yang menjadi motor akan mengisi alam perubahan yang dibuatnya itu.
Reformasi ’98 adalah contoh sederhana untuk hal itu.
Salah satu
poin penting adalah, perubahan itu datangnya dari golongan elit. Jumlah
mereka sedikit, tapi daya aruhnya besar. Mengapa terjadi seperti itu?
Karena yang sedikit ini memiliki peran yang penting disebabkan kualitas
mereka yang besar. Bersyukurlah, karena dengan itu, kita masih bisa
menghitung jumlah pahlawan yang harus kita hargai.
Mahasiswa
merupakan golongan elit di bangsa ini. Dari sekian banyak pemuda di
negeri ini, merekalah yang memiliki kapasitas keilmuan lebih dari
sisanya. Dan jumlah mereka sedikit. Sebenarnya, merekalah yang paling
bisa diharapkan untuk memimpin perubahan bangsa ini. Dan pada
kenyataannya memang bangsa ini berharap pada mereka, walaupun bangsa ini
tidak menyadarinya.
Kawan … mari kita berbicara tentang sebuah
idealitas seorang mahasiswa, banyak mahasiswa ketika ditanya tentang
mahasiswa ideal. Sungguh sebuah jawaban yang terlalu pesimistis. Hal ini
menunjukkan mentalitas generasi muda kita dewasa ini. Generasi yang
terlanjur trauma dengan beratnya jejak-jejak penjajahan kolonial,
perekonomian yang kian memburuk dan krisis keteladanan dari generasi
tua.
Ideal, idealis, idealitas adalah predikat mahasiswa
seharusnya. Menjadi ideal adalah sebuah pengharapan yang dibarengi
tindakan. Menjadi ideal menuju kesempurnaan adalah proses panjang yang
harus dilewati, diwujudkan. Terus berusaha, tanpa kenal kata henti
adalah menjadi kata kuncinya.
Kalau pepatah mengatakan, “No body
perfect in the world”. Itu benar adanya karena memang sudah menjadi
fitrah bahwa manusia itu ada pada kelemahan atau kekhilafan. Namun hal
itu bukanlah berarti pasrah begitu saja, stop action? No. Sebuah hal
yang ideal, untuk mencapainya butuh proses yang panjang, yang tak kenal
lelah, yang terus melaju-fokus pada hasil akhir. Proses adalah
segala-galanya bukan hasil. Proseslah yang menjadi parameter kesuksesan
hakiki bagi seorang yang mengaku idealis.
Sebagai seorang yang
mengaku bertuhan, kita akan teringat bahwa Allah melihat pada prosesnya
bukan pada hasilnya. Proses yang baik dan benar serta hebat pasti
membawa hasil yang baik, sekalipun secara lahiriah terlihat gagal dalam
waktu tertentu—tetap saja proses yang baik, benar dan hebat itu penuh
keberkahan. Keberkahan-keberkahan itu semisal kesabaran yang patut
dicontoh, kejujuran yang layak ditiru, kerja keras yang mesti dicontoh,
kebahagiaan hati, dan ketenangan orang-orang sekeliling kita.
Proses
yang baik, benar dan hebat itu cepat atau lambat pasti memberikan hasil
yang mengagumkan. Ingat rumus berikut ini, keberuntungan adalah
kesiapan yang bertemu dengan kesempatan. Kesiapan butuh proses yang
panjang. Nah, orang yang berproses sebenarnya tinggal menunggu waktu
suksesnya.
Nah sekarang begitu banyak parameter untuk menjadikan
mahasiswa yang ideal, silakan kawan tentukan sendiri parameternya mau
seperti apa kita menjadi mahasiswa. Intinya usaha kita untuk menjadi
seorang mahasiswa yang mengejar idealitas adalah sebuah cita-cita mulia
dan itu ketika direalisasikan adalah bentuk kesyukuran kita kepada Rabb
kita Allah SWT atas anugerah yang diberikan kepada mahasiswa dan inilah
bentuk karya luar biasa untuk menjemput cinta dan senyuman dari Sang
Rabb. Selamat berjuang semoga kawan menjadi mahasiswa yang terus
berusaha pantang menyerah menjadi mahasiswa yang ideal untuk sebuah
perubahan menuju negeri yang tersenyum…. Aamiin ya Rabb!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar